Pemilu 2014
Jokowi dan Reformasi Birokrasi
Joko Widodo-Jusuf Kalla memenangkan pemilihan presiden dan wakil
presiden Indonesia 2014. Ada harapan besar yang harus ditunaikan oleh
Jokowi pada pemerintahannya nanti. Harapan itu bernama reformasi
birokrasi.
Berdasarkan debat Capres dan Cawapres yang digelar KPU selama masa
kampanye, nampaknya kata kunci bagi rezim Jokowi kelak adalah reformasi
birokrasi. Jokowi mematok target 7% pertumbuhan ekonomi di masa
kepemimpinannya. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi pada level
seperti Cina saat ini tentu bukan perkara mudah, tapi juga bukan hal
yang mustahil. Diperlukan pembangunan infrastruktur yang massif dan
ditunjang oleh penguatan sumber daya manusia untuk mencapai impian itu.
Namun yang jauh lebih mendasar sebetulnya adalah penguatan institusi
birokrasi sebagai penyelenggara negara.
Mark Turner (peneliti dari University of Canberra) menemukan bahwa
performa birokrasi menentukan pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang. Singapura dan Malaysia, misalnya, 50 tahun terakhir mencapai
pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan, peningkatan tingkat harapan
hidup, dan kemajuan pendidikan dimulai dari perbaikan performa birokrasi
yang juga mengagumkan.
Kita berharap banyak Jokowi dan Jusuf Kalla bisa mewujudkan peningkatan
kinerja birokrasi melalui serangkaian program reformasi yang massif.
Ketika ditanya mengenai cara mengurangi korupsi, pada debat kandidat
yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum, Jokowi mengajukan reformasi
birokrasi sebagai jawabannya. Saat itu ia merinci bahwa proses rekrutmen
kaum birokrat merupakan unsur yang maha penting yang akan menentukan
pengurangan korupsi di Indonesia. Dia mengusulkan sistem rekrutmen
terbuka atau lelang terbuka (open recruitment).
Jokowi sudah memulai menerapkan sistem lelang terbuka untuk lurah dan
camat se-DKI Jakarta tahun 2013. Basuki Tjahaya Purnama menyatakan bahwa
open recruitment yang pemerintah DKI Jakarta jalankan tahun 2013
berhasil mengubah 70 % wajah birokrasi di ibu kota. Selain itu,
pemerintah kota juga berhasil mengidentifikasi 700 pegawai negeri yang
memiliki skill tinggi yang sewaktu-waktu bisa menempati posisi-posisi
penting mulai pada level tertinggi sampai pada birokrasi level lapangan (street-level bureaucracy) DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar